Pernah ngga sih ngerasa kalau apa yang sekarang terjadi dalam diri kita itu ngga sesuai sama apa yang kita inginkan, ngga sama dengan apa yang kita cita-citakan? Lalu apa yang kita lakukan saat hal itu terjadi dalam diri kita? Berhenti dan tidak melanjutkannya, Melanjutkan dengan ogah-ogahan atau melanjutkan dengan Sepenuh hati?
Hmmm biasanya apa yang kita lakukan ketika kenyataan tak sesuai dengan keinginan, apakah kita bersyukur dan berusaha sebaik mungkin untuk menjalaninya walaupun sulit dan terasa mengganjal dihati atau meratapi dan menyesali kenapa aku ngga lolos disana atau malah nyalahin Allah padahal usahaku udah maksimal banget, aku rela tidur larut hanya demi lolos ujian ini aku rela nabung buat beli buku referensi materi yang akan di ujikan esok,padahal aku udah berdoa setiap malam aku udah rela bangun pagi buat sahur dan menahan lapar sampai sore demi ujian besok, Tapi hasilnya kok sangat mengecewakan,mana katanya Allah itu sesuai dengan Prasangka Hambanya? Setelah itu udah deh temenku aja yang ibadahnya biasa-biasa aja malah lolos, Allah ngga adil sama aku.
Na'udzubillah jangan sampai kita berfikiran seperti itu, Yakinlah dengan segala keputusan,ketetapan yang sudah Allah takdirkan bagi setiap HambaNya. Kecewa,sedih itu wajar tapi berlarut-larut dalam kesedihan dan kekecewaan itu ngga baik, peluang besar buat musuh terbesar manusia untuk mengajaknya pada kemungkaran, lalu bagaimana cara kita agar setan ngga bisa menguasai diri kita ketika sedih, kecewa menghampiri kita? Mungkin hal ini bisa disebut musibah bagi seseorang yang ngga lolos dalam sebuah ujian, musibah berupa ujian untuk bersabar dengan takdir Allah.
Dalam surat Al Baqarah ayat 155 sampai 157
…..وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
“…..Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ (Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 155-157).
Ada juga dalam surat Ibrahim ayat 27
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;” (QS Ibrahim : 27)
First Impression kita ketika mendapat ujian itu Lapang dada, bersabar atas satu ujian dan bersyukur atas ribuan nikmat yang Allah karuniakan kepada kita. Orang yang beriman adalah orang yang hatinya mendapatkan hidayah dan paling kuat ketika tertimpa berbagai musibah yang merisaukan. Hal itu dikarenakan keimanan yang tertanam pada diri mereka. Ketika IMAN sudah tertancap dalam Hati kita maka sebesar apapun ujian yang Allag berikan Qulhu khoir, ada makna dibaliknya yuk dibuka lagi al qur'annya dalam surat Al insyirah ayat 6
. اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ
Artinya:"Sesungguhnya besera kesulitan itu ada kemudahan"
Ayat ini adalah ulangan ayat sebelumnya yaitu Ayat 5
فَاِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا
untuk menguatkan arti yang terkandung dalam ayat yang terdahulu. Bila kesulitan itu dihadapi dengan tekad yang sungguh-sungguh dan berusaha dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk melepaskan diri darinya, tekun dan sabar serta tidak mengeluh atas kelambatan datangnya kemudahan, pasti kemudahan itu akan tiba.
Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa sesungguhnya di dalam setiap kesempitan, terdapat kelapangan, dan di dalam setiap kekurangan sarana untuk mencapai suatu keinginan, terdapat pula jalan keluar. Namun demikian, dalam usaha untuk meraih sesuatu itu harus tetap berpegang pada kesabaran dan tawakal kepada Allah. Ini adalah sifat Nabi saw, baik sebelum beliau diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya, ketika beliau terdesak menghadapi tantangan kaumnya.
Walaupun demikian, beliau tidak pernah gelisah dan tidak pula mengubah tujuan, tetapi beliau bersabar menghadapi kejahatan kaumnya dan terus menjalankan dakwah sambil berserah diri dengan tawakal kepada Allah dan mengharap pahala daripada-Nya. Begitulah keadaan Nabi saw sejak permulaan dakwahnya. Pada akhirnya, Allah memberikan kepadanya pendukung-pendukung yang mencintai beliau sepenuh hati dan bertekad untuk menjaga diri pribadi beliau dan agama yang dibawanya. Mereka yakin bahwa hidup mereka tidak akan sempurna kecuali dengan menghancurleburkan segala sendi kemusyrikan dan kekufuran. Lalu mereka bersedia menebus pahala dan nikmat yang disediakan di sisi Allah bagi orang-orang yang berjihad pada jalan-Nya dengan jiwa, harta, dan semua yang mereka miliki. Dengan demikian, mereka sanggup menghancurkan kubu-kubu pertahanan raja-raja Persi dan Romawi.
Ayat tersebut seakan-akan menyatakan bahwa bila keadaan telah terlalu gawat, maka dengan sendirinya kita ingin keluar dengan selamat dari kesusahan tersebut dengan melalui segala jalan yang dapat ditempuh, sambil bertawakal kepada Allah. Dengan demikian, kemenangan bisa tercapai walau bagaimanapun hebatnya rintangan dan cobaan yang dihadapi.
Dengan ini pula, Allah memberitahukan kepada Nabi Muhammad bahwa keadaannya akan berubah dari miskin menjadi kaya, dari tidak mempunyai teman sampai mempunyai saudara yang banyak dan dari kebencian kaumnya kepada kecintaan yang tidak ada taranya.
So, nikmatilah apa yang sudah Allah takdirkan
Ikhtiarkan semaksimal usaha kita
Ikhlaslah dalam berdoa mengharap ridho dan ampunanNya
Dan...
Janganlah sesekali saja berharap kepada manusia karena hanya kecewa tanpa ujungnya
Manusia bisa berjanji manusia juga bisa ingkar beribu kali
Maaf berulang kali terucappun ingkar terhadap janjinya itu akan terjadi
Berhati-hatilah dalam berjanji
Janji bukanlah hanua sekedar kata tanpa makna tapi sebuah kata penuh pertanggungjawaban kelak di Akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar